Malam Takbiran. Serasa sekali malam kemenangan. Umat Muslim yang akan merayakan hari raya Idul Fitri. Setahun sekali kita merayakannya. Semua umat Muslim senang sekali menyambutnya. Tapi pada malam itu pula mungkin ada yang bersedih atau trauma atas insiden yang dialaminya. Aku teringat pada kejadiaan yang hampir naas tersebut. Kejadiaan yang hampir saja membuat manusia disekitarnya hampir tidak mempunyai tempat tinggal. Kejadiaan yang hampir saja terulang dua kali ketika di bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah ini.
Kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa, 30 Agustus 2012. Kejadian tersebut sekitar pukul 02:00 WIB hingga 01:00 WIB. Sebelum kejadian tersebut tepatnya pada pagi hingga malam hari terdengar sekali senangnya suara anak-anak yang bermain petasan. Tapi walaupun begitu, tak sedikit orang yang kesal karena ulah tersebut. Diantara orang yang tidak senang adalah aku sendiri. Bagaimana tidak? Petasan yang dibunyikan dan dilempar sembarangan. Lantas jika ada orang yang melewatinya dan tidak mengetahuinya mungkin akan kaget dan jika manusia yang jantungan kemungkin akan bisa wafat. Seketika itu juga aku hanya bisa bersabar dan menahan rasa sakit di telinga karena suara petasan itu. Aku bingung dengan mereka, mereka bangga dengan "mainan" tersebut.
Adzhan Maghrib berkumandang, menandakan waktu berbuka puasa yang terakhir pada bulan Ramadhan 1432 H tiba. Aku masih bersyukur karena keluargaku masih bisa berkumpul. Dan yang paling bersyukurnya akhirnya kami tidak pernah pergi ke kampung halaman sekeluarga setelah sepuluh tahun lamanya. Yang menariknya kami pergi bukan hanya sekeluarga saja, melainkan kami pergi bersama enam keluarga. Keluarga saya, keluarga saudara saya dan keluarga teman seperjualan ayah saya. Cerita perjalanan mudik saya pada bulan Syawal 1432 H akan saya bahas di post berikutnya. Di hari yang terakhir berpuasa itu pulalah kami bisa berbuka puasa bersama karena biasanya kami sibuk dengan kesibukkan kami masing-masing sehingga tak ada waktu untuk berbuka.
Untuk malam itu, seperti biasa pada malam-malam takbiran sebelumnya, akupun tidur lebih awal dari biasanya supaya besok masih tetap segar dan fresh. Tidur nyenyak dan pergi ke dreamland dengan sejuta impian adalah hal yang indah sehabis melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika hal tersebut sedang kulakukan, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang yang sangat panik dengan suara yang tegas, gentar dan lantang sekali sehingga membuat orang gempar. Saat itu, aku masih separuh tersadar. tak lama pula suara sirine dan beberapa orang memanggilku terdengar hingga jelas di telingaku. Akupun sontak terbangun dan masih 3/4 sadar. Ada apa gerangan? Apakah ada bomb? Apakah di seberang ada tabung gas El Pi Gi meledak lagi? Apakah ada polisi yang sedang kejar-kejaran dengan terorist seperti yang di film-film? Ataukah para jomblowan dan jomblowati sedang melakukan aksi sweeping di jalan? Tanyaku dalam batinku.
Lantas tak beberapa lama kemudian terciumlah aroma kayu bakar di hidungku. Ku kira itu adalah manusia yang sedang memasak ketupat menggunakan kayu bakar. Tapi ketika berpikir sejeknak, bukankah sekarang sudah disubsidikan masing-masing tiap rumah satu unit kompor gas dan satu unit tabung gas El Pi Gi tiga kilogram oleh pemerintah? Lagi pula ini khan kota besar, dan bahkan ini adalah ibukota dengan lokasi tempat tinggal yang kalau dibilang untuk kost-kostan saja paling murah disini Rp.350.000,-/bulan.
Lantas dengan kekepoanku akupun keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Aku tercengang, kucing tercengang, angin berhembus sepoi-sepoi, kegantenganku berkurang.. <--- Ok untuk satu kalimat ini sudah mulai berlebihan, back to topic --->. Ternyata eh ternyata sebuah rumah yang terletak di dua rumah sebelah kanan dari depan rumahku terbakar. Lantas akupun langsung melakukan P3K (Pencegahan Pertama Pada Kebakaran) yaitu memutuskan arus listrik rumahku. Semua rumah dekat rumahkupun juga begitu hingga hanya lampu penerangan jalan saja yang menyala. Lalu aku mengambil ember dan mengunci rumahku supaya tidak terjadi kehilangan dan langsung segera membantu warga untuk memadamkan api dengan tenaga seadanya.
Sekitar lima menit berlalu, datanglah regu pemadam kebakaran dari arah Jl. Let Jend Suprapto dan dari arah Jl. Cempaka Putih Raya. Sekitar satu jam kemudian api berhasil dipadamkan berkat kerjasama yang bagus antara regu pemadam kebakaran dan warga yang berada dilokasi serta Allhamdulillah kondisi cuaca yang cerah dan tidak adanya angin kencang ketika insiden tersebut.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini tapi masih banyak kerugian yang lainnya. Kerugian berupa materil, waktu, dan tenaga. Allhamdulillah rumahku tidak terbakar, tapi aku juga menanggung kerugian berupa lima buah ember yang lenyap dan hilang tanpa disadari ketika sedang terjadinya kebakaran. Dalam insiden ini sebuah rumah terbakar total tak tersisa dan sebuah rumah hanya terbakar sebagian. Insiden ini terjadi dikarenakan seorang anak bermain petasan di dalam rumah. Allhamdulillah kebakaran ini tidak seperti kebakaran ketika aku beranjak sekitar kelas satu SD, ketika terjadinya kebakaran yang diakibatkan oleh seorang anak bermain-main dengan kompor dan listrik. Kebakaran yang sempat membuat manusia kehilangan tempat tinggal dan surat-surat berharga hampir 4 rukun tetangga terkena musibah ini.
Dari sebuah kisah pasti ada hikmahnya, berkat insiden tersebut para warga wilayahku sepakat untuk tidak diperbolehkan anak-anak bermain petasan. Hingga tanggal terakhir bulan Ramadhan 1433 H kini tidak ada warung dekat rumahku yang menjual petasan lagi, walaupun masih ada beberapa warung yang masih menjual kembang api. Tapi walaupun hanya bermain kembang api, mereka sekarang diawasi oleh orang tua dalam bermain. Allhamdulillah Idul Fitri 1433 H ini jarang terlihat anak-anak yang bermain petasan di sekitar wilayah rumahku.
Untuk malam itu, seperti biasa pada malam-malam takbiran sebelumnya, akupun tidur lebih awal dari biasanya supaya besok masih tetap segar dan fresh. Tidur nyenyak dan pergi ke dreamland dengan sejuta impian adalah hal yang indah sehabis melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika hal tersebut sedang kulakukan, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang yang sangat panik dengan suara yang tegas, gentar dan lantang sekali sehingga membuat orang gempar. Saat itu, aku masih separuh tersadar. tak lama pula suara sirine dan beberapa orang memanggilku terdengar hingga jelas di telingaku. Akupun sontak terbangun dan masih 3/4 sadar. Ada apa gerangan? Apakah ada bomb? Apakah di seberang ada tabung gas El Pi Gi meledak lagi? Apakah ada polisi yang sedang kejar-kejaran dengan terorist seperti yang di film-film? Ataukah para jomblowan dan jomblowati sedang melakukan aksi sweeping di jalan? Tanyaku dalam batinku.
Lantas tak beberapa lama kemudian terciumlah aroma kayu bakar di hidungku. Ku kira itu adalah manusia yang sedang memasak ketupat menggunakan kayu bakar. Tapi ketika berpikir sejeknak, bukankah sekarang sudah disubsidikan masing-masing tiap rumah satu unit kompor gas dan satu unit tabung gas El Pi Gi tiga kilogram oleh pemerintah? Lagi pula ini khan kota besar, dan bahkan ini adalah ibukota dengan lokasi tempat tinggal yang kalau dibilang untuk kost-kostan saja paling murah disini Rp.350.000,-/bulan.
Lantas dengan kekepoanku akupun keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Aku tercengang, kucing tercengang, angin berhembus sepoi-sepoi, kegantenganku berkurang.. <--- Ok untuk satu kalimat ini sudah mulai berlebihan, back to topic --->. Ternyata eh ternyata sebuah rumah yang terletak di dua rumah sebelah kanan dari depan rumahku terbakar. Lantas akupun langsung melakukan P3K (Pencegahan Pertama Pada Kebakaran) yaitu memutuskan arus listrik rumahku. Semua rumah dekat rumahkupun juga begitu hingga hanya lampu penerangan jalan saja yang menyala. Lalu aku mengambil ember dan mengunci rumahku supaya tidak terjadi kehilangan dan langsung segera membantu warga untuk memadamkan api dengan tenaga seadanya.
Sekitar lima menit berlalu, datanglah regu pemadam kebakaran dari arah Jl. Let Jend Suprapto dan dari arah Jl. Cempaka Putih Raya. Sekitar satu jam kemudian api berhasil dipadamkan berkat kerjasama yang bagus antara regu pemadam kebakaran dan warga yang berada dilokasi serta Allhamdulillah kondisi cuaca yang cerah dan tidak adanya angin kencang ketika insiden tersebut.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini tapi masih banyak kerugian yang lainnya. Kerugian berupa materil, waktu, dan tenaga. Allhamdulillah rumahku tidak terbakar, tapi aku juga menanggung kerugian berupa lima buah ember yang lenyap dan hilang tanpa disadari ketika sedang terjadinya kebakaran. Dalam insiden ini sebuah rumah terbakar total tak tersisa dan sebuah rumah hanya terbakar sebagian. Insiden ini terjadi dikarenakan seorang anak bermain petasan di dalam rumah. Allhamdulillah kebakaran ini tidak seperti kebakaran ketika aku beranjak sekitar kelas satu SD, ketika terjadinya kebakaran yang diakibatkan oleh seorang anak bermain-main dengan kompor dan listrik. Kebakaran yang sempat membuat manusia kehilangan tempat tinggal dan surat-surat berharga hampir 4 rukun tetangga terkena musibah ini.
Dari sebuah kisah pasti ada hikmahnya, berkat insiden tersebut para warga wilayahku sepakat untuk tidak diperbolehkan anak-anak bermain petasan. Hingga tanggal terakhir bulan Ramadhan 1433 H kini tidak ada warung dekat rumahku yang menjual petasan lagi, walaupun masih ada beberapa warung yang masih menjual kembang api. Tapi walaupun hanya bermain kembang api, mereka sekarang diawasi oleh orang tua dalam bermain. Allhamdulillah Idul Fitri 1433 H ini jarang terlihat anak-anak yang bermain petasan di sekitar wilayah rumahku.
0 komentar:
Posting Komentar